Dalam kehidupan kita, 3 hal yang PASTI kita lalui adalah : Lahir, Hidup dan Mati.
Namun, dalam perjalanan kehidupan kita, setiap dari kita akan memiliki kemungkinan berhadapan dengan 5 hal yang belum tentu kita hadapi, tapi pasti kita tidak kebal bila salah satu dari hal tersebut kita temui dalam perjalanan hidup kita.
Hal - hal tersebut adalah:
1. Penyakit Kritis (Terutama yang paling berbahaya: Jantung, Kanker dan Stroke)
2. Kecelakaan
3. Kehilangan kemandirian / Cacat
4. Meninggal Dunia (Dini)
5. Usia Tua
Penyakit Kritis
Di Indonesia perusahaan-perusahaan asuransi jiwa saat ini sudah menyediakan produk-produk yang dapat memberikan santunan yang cukup untuk pengobatan penyakit-penyakit mematikan dan menguras seluruh harta kekayaan.
Jantung, kanker, dan stroke merupakan penyakit pembunuh yang menempati ranking tertinggi di Indonesia. Biaya pengobatannya yang mahal di Indonesia mampu menguras seluruh harta kekayaan.
Sebagai contoh, seseorang yang terkena jantung koroner pilihan pengobatannya adalah ring atau by pass jantung. Biaya pemasangan satu ring diperlukan dana sekitar Rp30 juta dan maksimum yang boleh dipasang sebanyak lima ring.
Pilihan lain adalah by pass jantung yang biaya operasinya sekitar Rp150 juta-Rp300 juta, belum termasuk room board dan obat-obatan yang sangat bergantung pada tempat operasi. Seluruh biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan berkisar Rp200 juta-Rp500 juta, belum termasuk biaya pengobatan pascaoperasi.
Untuk kanker, biaya operasi dan pengobatannya mendekati Rp1 miliar. Pengobatan kanker hampir tidak terlepas dari kemoterapi. Sekali pengobatan dengan menggunakan kemoterapi biayanya mencapai Rp5 juta. Biaya yang menjadi sangat mahal bila penderita panjang umur.
Yang sangat mengejutkan, stroke dan jantung ternyata bisa diderita anak-anak berusia 15 tahun. Mitos bahwa penyakit ini diderita usia tua pupus sudah. Pola hidup sehat yang sering diabaikan pada abad sekarang ini membuat penyakit tersebut lebih mudah menghinggapi setiap orang.
Seorang murid sekolah menengah atas (SMA) menghadapi kesulitan keuangan ketika menghadapi ujian akhir nasional (UAN) karena sang ayah tidak punya uang untuk membayar biaya UAN. Seluruh kekayaan yang sudah dikumpulkan sang ayah, mobil, dan rumah habis terjual dalam dua tahun untuk mengobati istrinya yang menderita kanker.
Sebuah keluarga sebenarnya dapat berjaga-jaga agar hal di atas tidak menimpa keluarganya dengan membeli asuransi penyakit kritis yang merupakan pilihan tambahan dalam asuransi jiwa.
Di Indonesia perusahaan-perusahaan asuransi jiwa saat ini sudah menyediakan produk-produk yang dapat memberikan santunan yang cukup untuk pengobatan penyakit-penyakit mematikan dan menguras seluruh harta kekayaan.
Bahkan, sudah ada perusahaan asuransi jiwa yang menyediakan perlindungan terhadap 49 macam penyakit kritis. Sayang, masih banyak pemegang polis asuransi jiwa yang membeli asuransi dengan uang pertanggungan seadanya.
Pemikiran bahwa penyakit-penyakit tersebut tidak akan dideritanya menyebabkan pembeli polis tidak memperhatikan hal tersebut.
Seorang ibu bercerita tentang anaknya yang berusia 29 tahun yang wafat karena lupus. Dalam dua bulan, seluruh tabungannya terkuras, bahkan dia mempunyai utang sebesar Rp150 juta. Si ibu berniat menjual rumahnya untuk melunasi utang tersebut, tapi tiba-tiba klaim dibayarkan perusahaan asuransi.
Alhasil, utang dapat dilunasi, sang ibu pun dapat mewujudkan cita-cita anaknya, yaitu membuatkan rumah untuk ibunda tercinta, memberikan sedekah kepada rumah yatim piatu, membeli sapi untuk kurban, dan membagikan mukena untuk ibu-ibu pengajian. Bahkan, sang ibu dapat tetap hidup sejahtera.
Segala kekhawatiran akan kesulitan hidup karena ditinggal si pencari nafkah pun sirna. Tentu saja kesedihan kehilangan ananda tercinta tidak dapat diobati olah apa pun. Tapi, satu hal yang sangat penting sudah teratasi, yaitu kehidupan ibunda yang sangat bergantung pada anaknya dapat tetap berjalan dengan semestinya, tanpa harus menurunkan standar hidup.
Bagaimana hal itu terjadi? Tentunya, karena ananda membeli polis, membeli uang pertanggungan yang cukup untuk penyakit kritis. Sebagai panduan dalam menentukan uang pertanggungan penyakit kritis adalah perkiraan biaya operasi + (biaya obat setahun pascaoperasi : bunga bank).
Misalnya, biaya operasi dan kamar Rp200 juta, biaya pengobatan setahun Rp15 juta, dan bunga deposito net 5%/tahun. Maka, uang pertanggungan yang diperlukan Rp200 juta + (15 juta : 5%) = Rp500 juta.
Share if you care ... Tetap Sehat and Tuhan Memberkati.
Namun, dalam perjalanan kehidupan kita, setiap dari kita akan memiliki kemungkinan berhadapan dengan 5 hal yang belum tentu kita hadapi, tapi pasti kita tidak kebal bila salah satu dari hal tersebut kita temui dalam perjalanan hidup kita.
Hal - hal tersebut adalah:
1. Penyakit Kritis (Terutama yang paling berbahaya: Jantung, Kanker dan Stroke)
2. Kecelakaan
3. Kehilangan kemandirian / Cacat
4. Meninggal Dunia (Dini)
5. Usia Tua
Penyakit Kritis
Di Indonesia perusahaan-perusahaan asuransi jiwa saat ini sudah menyediakan produk-produk yang dapat memberikan santunan yang cukup untuk pengobatan penyakit-penyakit mematikan dan menguras seluruh harta kekayaan.
Jantung, kanker, dan stroke merupakan penyakit pembunuh yang menempati ranking tertinggi di Indonesia. Biaya pengobatannya yang mahal di Indonesia mampu menguras seluruh harta kekayaan.
Sebagai contoh, seseorang yang terkena jantung koroner pilihan pengobatannya adalah ring atau by pass jantung. Biaya pemasangan satu ring diperlukan dana sekitar Rp30 juta dan maksimum yang boleh dipasang sebanyak lima ring.
Pilihan lain adalah by pass jantung yang biaya operasinya sekitar Rp150 juta-Rp300 juta, belum termasuk room board dan obat-obatan yang sangat bergantung pada tempat operasi. Seluruh biaya perawatan di rumah sakit diperkirakan berkisar Rp200 juta-Rp500 juta, belum termasuk biaya pengobatan pascaoperasi.
Untuk kanker, biaya operasi dan pengobatannya mendekati Rp1 miliar. Pengobatan kanker hampir tidak terlepas dari kemoterapi. Sekali pengobatan dengan menggunakan kemoterapi biayanya mencapai Rp5 juta. Biaya yang menjadi sangat mahal bila penderita panjang umur.
Yang sangat mengejutkan, stroke dan jantung ternyata bisa diderita anak-anak berusia 15 tahun. Mitos bahwa penyakit ini diderita usia tua pupus sudah. Pola hidup sehat yang sering diabaikan pada abad sekarang ini membuat penyakit tersebut lebih mudah menghinggapi setiap orang.
Seorang murid sekolah menengah atas (SMA) menghadapi kesulitan keuangan ketika menghadapi ujian akhir nasional (UAN) karena sang ayah tidak punya uang untuk membayar biaya UAN. Seluruh kekayaan yang sudah dikumpulkan sang ayah, mobil, dan rumah habis terjual dalam dua tahun untuk mengobati istrinya yang menderita kanker.
Sebuah keluarga sebenarnya dapat berjaga-jaga agar hal di atas tidak menimpa keluarganya dengan membeli asuransi penyakit kritis yang merupakan pilihan tambahan dalam asuransi jiwa.
Di Indonesia perusahaan-perusahaan asuransi jiwa saat ini sudah menyediakan produk-produk yang dapat memberikan santunan yang cukup untuk pengobatan penyakit-penyakit mematikan dan menguras seluruh harta kekayaan.
Bahkan, sudah ada perusahaan asuransi jiwa yang menyediakan perlindungan terhadap 49 macam penyakit kritis. Sayang, masih banyak pemegang polis asuransi jiwa yang membeli asuransi dengan uang pertanggungan seadanya.
Pemikiran bahwa penyakit-penyakit tersebut tidak akan dideritanya menyebabkan pembeli polis tidak memperhatikan hal tersebut.
Seorang ibu bercerita tentang anaknya yang berusia 29 tahun yang wafat karena lupus. Dalam dua bulan, seluruh tabungannya terkuras, bahkan dia mempunyai utang sebesar Rp150 juta. Si ibu berniat menjual rumahnya untuk melunasi utang tersebut, tapi tiba-tiba klaim dibayarkan perusahaan asuransi.
Alhasil, utang dapat dilunasi, sang ibu pun dapat mewujudkan cita-cita anaknya, yaitu membuatkan rumah untuk ibunda tercinta, memberikan sedekah kepada rumah yatim piatu, membeli sapi untuk kurban, dan membagikan mukena untuk ibu-ibu pengajian. Bahkan, sang ibu dapat tetap hidup sejahtera.
Segala kekhawatiran akan kesulitan hidup karena ditinggal si pencari nafkah pun sirna. Tentu saja kesedihan kehilangan ananda tercinta tidak dapat diobati olah apa pun. Tapi, satu hal yang sangat penting sudah teratasi, yaitu kehidupan ibunda yang sangat bergantung pada anaknya dapat tetap berjalan dengan semestinya, tanpa harus menurunkan standar hidup.
Bagaimana hal itu terjadi? Tentunya, karena ananda membeli polis, membeli uang pertanggungan yang cukup untuk penyakit kritis. Sebagai panduan dalam menentukan uang pertanggungan penyakit kritis adalah perkiraan biaya operasi + (biaya obat setahun pascaoperasi : bunga bank).
Misalnya, biaya operasi dan kamar Rp200 juta, biaya pengobatan setahun Rp15 juta, dan bunga deposito net 5%/tahun. Maka, uang pertanggungan yang diperlukan Rp200 juta + (15 juta : 5%) = Rp500 juta.
Share if you care ... Tetap Sehat and Tuhan Memberkati.